Artikel Terkait

Apa Saja 4 Kunci Rumah Tangga Harmonis

Pixabay.com

Harmonis adalah perpaduan berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apapun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi.

Warna hitam misalnya, kala berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri.

Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang akan menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah dan hangat.

Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna dan karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua.

Dan tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.

Nah, disitulah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan juta-juta nada yang indah.

Dalam berumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. Disinilah suami isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada diantara mereka.

Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga.



1. Jangan Melihat Ke Belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. Buang jauh-jauh lintasan alasan ini, "Kenapa waktu itu saya menerima, ya? Kenapa tidak saya tolak?".

Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan keharmonisan berujung pada perceraian.

Karena itu hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita, jangan lari dari masalah dengan menengok ke belakang. Atau amit-amit, membayangkan sosok lain diluar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
2. Berpikir Objektif
Kadang konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.

Jadi, kita coba lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakkan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.

Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah ini. Misalnya, suami yang tidak becus cari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis dan kurang pengertian.

Padahal kalau mau objektif, maslah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan sekaligus dapat melatih kemandirian anak-anak.
3. Lihat Kelebihan Pasangan Jangan Sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.

Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi disinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.

Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya disisi Allah.

Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
4. Sertakan Sakralitas Berumah Tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat agama. Padahal, kalau menurut hitungan-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru disitulah nilai pahala yang Allah janjikan.

Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah Swt. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah, tataplah hikmah dibalik masalah. Insya Allah ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.


Artikel yang Sering Dibaca

Cara atau Tips Menghilangkan Bau Apek Beras

Benarkah Ibu Hamil Muda Tidak Boleh Berendam Air Hangat

Berkali-kali Keluar Bercak Darah Seperti Haid atau Menstruasi Bukan Selalu Penyakit Ternyata Tanda Kehamilan

Mengatasi Gangguan Kesehatan Ringan dengan Cara Terapi Makanan

Cara Berhati-hati dari Najis Ketika Memandikan Bayi di Bak

Apa Penyebab Keputihan Pada Wanita Dan Cara Mengatasinya

Kenapa Perut Buncit Susah Sekali Rata

Bagaimana Mengajari Anak Bergaul atau Bersosialisasi dengan Temannya

Blogger Sebagai Job atau Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Beberapa Alasan Ibu Rumah Tangga Menjadi Blogger